Senin, 06 Februari 2017

Para penduduk langit


disclaimer: postingan ini hanyalah sebagai pengingat untuk diri sendiri


Baru baca beberapa halaman buku tentang kisah para penghafal Al-Quran.. ditulis oleh salah satu penulis yang fasih bertutur kata.. karena kisah itu based on true story  dan diracik dengan baik oleh sang penulis.. terasaaaa sekali hikmah dan nilai-nilai makna yang tersirat di dalam kisah tersebut.. baru membaca kisah pertama aku langsung maluuuuuu banget.. huhuhu.


Ada salah satu petikan kalimat di awal kisah buku tersebut yang kena banget di hati:

"salah satu tanda bahwa seseorang menggantungkan diri pada amal usahanya sendiri adalah berkurangnya harapan (terhadap rahmat Allah) ketika terjadi suatu kegagalan" (Ibnu 'Atha'illah)


Kalo baca cerita di balik penggalan kisah itu, intinya adalah betapa manusia terkadang terlalu bangga atas "keberhasilan" yang diraihnya.. merasa memang hal tersebut adalah berkat "kehebatan" dirinya.. padahal semua itu adalah semata-mata atas karunia Allah SWT..

Pernah merasakan kegagalan dan berada pada titik nol kepasrahan? Betapa seluruh panjatan doa benar-benar khusyuk.. betapa semua kegundahan benar-benar diadukan kepada Sang Maha Tau.. betapa tangis dan sujud benar- nikmat.. pada saat itu benar-benar ada di tahap "putus asa" dengan segala usaha yang sudah dilakukan namun belum mendatangkan hasil.. "putus asa" dengan semua perasaan positif bahwa memang belum waktunya.. di titik terendah tersebut, doa yang kita panjatkan akan terdengar lebih tulus dan ikhlas.. karena satu-satunya usaha yang dapat kita lakukan adalah berharap dan memohon rahmat Yang Maha Kuasa. Hanya itu saja..


Terus lanjut membaca.. rasanya seperti tertampar berkali-kali.. kisah-kisah tersebut benar-benar mengusik hati dan membuat air mata ini menetes.. Masyaallah.. rasanya iriii sekali terhadap orang-orang pilihan yang ada di kisah tersebut.. terasa jauh sekali diri ini dari mereka.. hingga akhirnya sampai ke chapter 9.. baru chapter 9 sudah membuat tangis pecah.. ada penggalan kalimat di dalam kisah chapter 9 seperti ini:


"Pernah melihat bayangan bulan di atas danau? Meski terbias di bawah dan tampak rendah. Hakikatnya, ia  menjulang tinggi di atas langit. Begitu pula dengan manusia, tak masalah dianggap rendah oleh makhluk lain, yang penting terkenal oleh para penduduk langit" (Fernandez dan bidadari tak bersayap, 2014)



Kenapa aku nangis pas baca penggalan itu? Karena selama ini yang dijadikan fokus utama biasanya adalah para manusia di dunia.. para penghuni langit? biasanya hanya saat-saat tertentu saja.. Astaghfirullah.. Jadi inget dulu suami pernah cerita setelah menghadiri kajian islam gitu.. Dia cerita gini..

Coba deh angkat tangan kita dan perhatiin si tangan nya.. fokus hanya ke tangan.. tembok yang ada di belakang tangan kita akan terlihat buram kan?
Coba ganti fokusnya, fokus sama tembok yang ada di belakang tangan kita, tangan nya tetap terlihat kan?
Kata ustadz nya ini pemisalan kita mau mengutamakan apa.. jika kita hanya mengutamakan dunia (tangan kita), akhirat ga akan kita dapet..buram..
Tapi kalo kita mengutamakan akhirat.. pada perjalanan dunia juga akan kita dapatkan..


Saat itu aku terharu dan mengiyakan kata-kata suami, dan juga bertekad dalam hati untuk memperbaiki diri.. beberapa minggu atau mungkin hari kali yaa.. tekad bulat yang sudah di-azzam-kan berkurang drastis.. dasar manusia


Makanya belajar itu ga boleh putus yaa.. apalagi belajar agama.. apalagi kalo termasuk tipe orang yang semangat di awal dan terus mengendur semangatnya seiring bergulirnya waktu.. tipe manusia dodol kaya aku gini sih perlu diingatkan terus-terusan.. atau harus terus bergaul dengan tipe manusia sholeh sholehah yang sudah konsisten mendekatkan diri ke Allah.. kalo ada yang tau komunitas online yang bisa bantuin aku terus-terusan belajar agama kasih tau dong yaaa.. semoga jadi amal ibadah tanpa putus untuk kalian yang bersedia membagi informasinya.. hehe.


Oh iya, ada kisah tentang sahabat Rasulullah, betapa beliau sangat dikenal oleh penduduk langit, sampai-sampai Rasulullah meminta sahabat Umar dan Ali untuk meminta doa darinya jika bertemu dengannya. Namanya Uwais Al Qarni.. Baca ceritanya jadi meleleh juga.. Subhanallah..
Salah satu kunci utama sahabat Uwais Al Qarni menjadi terkenal di langit adalah ketaatannya pada Ibunya.. kisah lengkap coba mampir kesini Uwais Al Qarni



I wonder aja sih.. aku sebagai manusia, sebagai hamba, sebagai seorang ibu dan istri, sebagai pelayan masyarakat, sebagai kakak, teman dan sahabat itu sebenarnya seperti apa yaa.. para penduduk langit "membicarakan" apa yaa.. hal-hal baik kah? Atau justru sebaliknya?
Selama ini selalu kepo sama omongan orang tentang diri sendiri.. aku dianggap jutek ya? judes ya? dsb dsb. Suka jadi kepikiran kalo ada omongan negatif.. Tapi kok usaha untuk "memperbaiki" penilaian para penghuni langit terhadap diri sendiri cuma segini-gini aja ya?


Banyak usaha yang bisa dilakukan agar bisa dicintai para penduduk langit, yang paling utama tentu saja harus mencintai dan mendekatkan diri dengan Sang Pemilik Langit,
Banyak pe-er banget buat akuuu.. tapi bismillah.. ayolah hijraaaah~

artikel lengkap mengenai bagaimana "dicintai" oleh para penduduk langit bisa dibaca sendiri disini yaa.. dicintai penduduk langit


Hayuk ah, sekarang belajar dikit-dikit biar ga cuma fokus sama dunia, fokus sama akhirat yuuuk ocheee.. agar bisa dicintai oleh Sang Pemilik Langit dan dikenal sama penduduk langit sebagai manusia yang selalu berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik.. malu ih gini-gini doang.. anak udah dua tapi kelakuan ga banyak berubaaaaaah *menghela nafas*
self monologue




with love,
@octyvz



Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar